Senin, 03 Oktober 2011

Aku Dan Dia

Di bawah pohon cemara itu biasanya kami duduk berdua. Duduk di atas bangkunya yang dicat biru laut. Duduk rapat-rapat agar tak sama pergi. Ya pohon cemara itulah saksi kami berdua yang sedang kasmaran. Tapi kini pohon itulah penengah argumen kami berlima saat kami tengah berdebat seru. Aku Febri Anang Ririn dan Rico.
"Far,Fari aku usul kali ini diklat PKS di adain tanpa perkap, gimana?" kata Febri memecah keheningan waktu berpikir kami. Febri adalah bendahara satu di organisasi kami ini, sedangkan rizki bendahara dua enggak datang karena mules kebanyakan makan rujak.
"Tapi perkap itu mencerminkan niat mereka untuk ikut masuk suatu organisasi." sanggah Anang ia adalah Dewan Kedisiplinan organisasi kami ia tegas, disiplin, tinggi besar dan ramah tetapi jika kita sudah akrab dia adalah orang yang humoris dan renyah bicaranya.
Dengan lembut Ririn mengacungkan tangannya. "Ya Ririn,"
"Aku mau mengajukan proposal dulu ke pak Amir nanti pak Amir keburu pulang"
"Oh iya silakan tapi jangan lama-lama kasihan aku yang nunggu ya beb." Kataku sambil diiringi tawa teman-teman tapi ia malah tersenyum manis sambil malu-malu pamitan kepada ku. Ketuanya.
Lalu setelah ia beranjak jauh rico dan yang tersisa di situ merapatkan diri padaku dan bertanya seketika "gimana hubunganmu sama ririn ?" Wah mereka jujur amat ya. "tambah pusing aku mikir dia, aku dah bilang suka, tapi dianya yang ngga jawab." Ya Ririn aku telah bilang suka padanya satu minggu yang lalu, dan aku berharap bisa dengannya. Tapi dia belum memberiku jawaban.Ia adalah seorang gadis manis yang putih bersih dan anggun. Ia baik perhatian dan memiliki jiwa seorang anak sosial sejati. Walaupun ia seorang anak alam dan aku yang anak sosial. Dia adalah gadis yang begitu sempurna. Aku berusaha menenangkan hatiku yang sedang kacau, karena jawabanku sendiri. Mereka menghiburku dengan menepuk-nepuk bahuku. Hari itu berlalu.
Diklat hari ini. persiapan sudah mantap, konsumsi telah tersedia. Ambulans juga sudah datang, hampir bersamaan dengan mobil patroli polisi yang kami undang sebagai pemateri. Untungnya bapak Anang adalah polisi sehingga tak perlu repot-repot mencari pemateri. Sekarang kalian tahukan darimana ia mewarisi sifat dan bentuk tubuhnya. Ya tentu saja dari bapaknyalah. Bapak wakasekpun juga sudah siap menjadi pengambil apel.
"Pimpinan saya ambil alih. Siap.Grak! setengah lengan lencang kanan, grak! Tegak grak! Istirahat di tempat, grak!" Komando komandan pleton sekali libas. "pemimpin apel menempatkan diri." Aku langsung memposisikan diri di depan pleton. "Kepada pemimpin apel hormat grak!" perintah komandan pleton paling kanan. "Tegak, grak!"
Setelah usai acara pembuka, semua peserta didik masuk ke kelas untuk diberi materi. Di sela kegiatan aku buka facebookku Grid Lord Jafar. Kubuat sebuah puisi untuk mengisi statusku malam ini. Tiba-tiba Ririn datang dan minta ijin keluar sebentar untuk beli roti bakar buat alumni yang berjaga di depan gerbang bersama Rico. Aku meng iyakan saja, tak kuasa aku menolakn permintaannya. Lalu aku teruskan puisiku.
"Aku bukanlah seorang filsuf
yang memaknai hidup dengan tulisan
tapi aku mengerti diammu
kau sedang berfikir
berfikir sangat dalam"
Dan setelah selesai kutulis, kuakhiri dengan menekan tombol bagikan. Ini adalah statusku yang kesekian yang membahas tentang cinta.
Tak berselang lama kubuka lagi facebook dan kutemui lima orang menyukainya dan lima mengomentarinya lalu kubalas komentar mereka.
"dia nggak jawab pertanyaanku bro ......" Tiba-tiba handphoneku bergetar. Ternyata Rico yang telfon.
"Far aku kecelakaan sekarang aku di rumah sakit. Aku ga apa-apa tapi Ririn ga sadar ...."
Ha kecelakaan, gila. Aku langsung panik, seketika itu pula aku keluar tunggang langgang menghambur. Aku tak bilang apa-apa langsung saja aku aku menaiki kingku yang sudah garapan. Motorku langsung meraung keras tanpa peduli lagi. Ku lepas kopling dan langsung seketika motorku lari. Setelah sampai di gerbang aku langsung mengerem keras. Roda belakang langsung berhenti.
Tidak.
Di depan gerbang semua orang berdiri menghadapku. Aku kaget sekaget-kagetnya. Tak kusangka ini terjadi. Ririn berdiri di barisan paling depan dia membawa sebuah kue tart, dengan lilin yang cukup banyak untuk menerangi wajah manisnya. "Fari would you like to be my boy friend" katanya singkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bila nanda ingin menambahkan komentar